Category: Tokoh


Pulang membawaAzmiar kemenangan, apalagi sempat mengharumkan nama bangsa di kancah sepak bola nasional, membela Merah Putih di kancah internasional,  tentu amat membanggakan bagi povinsi, tetangga, dan keluarga tempat tinggal di mana kita berada. Sungguh, begitu  kembali dari negara tetangga, Muhammad Azmiar Al Qadri disambut orang tuanya dengan pelukan dan ciuman kasih sayang,  teman-teman mengelukannya bagaikan seorang pahlawan bertempur di medan laga. Begitu pula dengan guru-gurunya di sekolah.

Azmiar begitu teman-teman menyapanya, merupakan salah satu dari 24 orang ( 12 dari Aceh, 12 orang dari provinsi lainnya) yang membawa harum nama Indonesia di dunia sepakbola khususnya di ajang Borneo Cup 2015 dari tanggal 29 September – 3 Oktokber 2015, tim nasional Indonesia PSSI di bawah 12  tahun, mengukir sejarah dengan merebut juara pertama di Kota Kinabalu Malaysia.

Menurut Tim Nasional Indonesia PSSI di bawah 12  tahun, ketika berbincang dengan haba Rakyat di sekolahnya, SMP Negeri Arun, Jumat (9/10), Azmiar berhasil melesakkan tembakannya  5 gol dari seluruh pertandingan dan ia merasa bangga dapat mencetak gol untuk kemenangan tim Indonesia yang telah lama dinantikan.

Bersama sang pelatih yang beretangan dingin, Pak Samsul Bahri dari Bireuen, setiap kali berlatih, 4 kali dalam seminggu, bocah lelaki berperawakan kecil, yang tergabung dalam klub Posila (Persatuan Olahraga Seluruh Laoskala) yang dipusatkan di Lhokseumawe,  menerima latihan keras demi mengharumkan nama kedua orang tuanya, tanah kelahirannya Aceh, dan khususnya negeri yang begitu dicintainya Indonesia. Begitu pula yang ditunjukkannya ketika bersama Pak Deni Ketua Sepak Bola Anak Indonesia, anak ini tetap berlatih dengan tekun. Anak-anak Indonesia dikenal anak yang ngotot dalam bermain, kekompakannya tetap terjaga, solit, kebersamaan itulah kuci keberhasilan, katanya berkaca-kaca.

Ayahnya Asy’ar, Kepala SMA Negeri 2 dan ibu Kamariah seorang guru SMP Negeri 8 Lhokseumawe merasakan kebahagiaan yang amat dalam terhadap putra keempatnya ini. Sedari kecil lagi, Azmiar memang telah menggeluti permainan sepakbola. Konon kabarnya, skillnya bermain sepak bola menurun dari sang ayah. Sewaktu dulu dia sering lihat ayahnya bermain bola latihan di lapangan Rancong, masih di bawah panji-panji Guru SMA Tamansiswa LNG Arun. Sang ayah sering bermain untuk kebelasan sekolahnya itu. Kini dengan ditemani sang ayah, dia tetap berlatih bermain sepak bola yang menyenangkan.

Di ujung perbincangannya dengan haba Rakyat, dia mengaku selama ikut pertandingan dengan PSSI di bawah 12  tahun, Azmiar sempat mencicipi tinggal dan menginap di sekolah anak Indonesia Kota Kinabalu, Malaysia, kata Azmiar yang  tinggal dengan orang tuanya di Desa Batuphat Barat. (hR081)Azmiar

 

 

Siti Mawaddah Sang Juara Matematika

Siti Mawaddah Sang Juara Matematika

Gadis teman kita ini seorang yang pandai membagi waktu antara pendidikan dan bermain. Sejak mulai mengerti huruf, sejak usia 5 tahun, teman kita sudah mengenal yang namanya matematika. Matematika yang dianggap momok bagi sebagian orang, tetapi tidak untuk Siti Mawaddah. Karena baginya, matematika  mengajarkan akan logika, sesuatu yang sudah pasti kebenarannya, jalannya benar, dan hasilnya pun benar. Begitu katanya dalam wawancara dengan haba Rakyat di sekolahnya Dayah Modern Arun Lhokseumawe, Minggu malam (23/8).

Putri pasangan Ibnu Sa’dan seorang wartawan Waspada Medan dan ibu Azizah seorang guru MTs Paya Bujok Langsa, merupakan seorang siswi berprestasi di sekolahnya. Tidak hanya di SD, sampai kini dia masih juara kelas. Termasuk juara 3 try out tingkat SD sekota Langsa. Terutama bidang matematika. Siti Mawaddah meraih juara 1 di kelas VIII MTs, juara  di kelas I semester 2,  juara 2  semester 1 kelas 2. Meskipun juara, gadis hitam manis ini akrab dengan teman-temannya.

Yang membanggakan kita, wanita yang kerap kali memakai kerudung ini meraih predikat juara kedua Kompetisi Sain Madrasah Bidang Matematika (KSM) Nasional di Palembang Sumatera Selatan tanggal 3-4 Agustus 2015 yang  baru lalu. Berkat bimbingan Pak Murdani, MPd selaku pembimbing bidang Matematika dan kerja keras tanpa kenal lelah, telah mengantarkan Mawaddah meraih  prestasi yang membanggakan. Kini dia mulai disegani kawan dan lawannya.

Anak kedua dari dua saudara ini, menurut pembimbingnya, termasuk anak yang cerdas, anak yang nggak banyak bicara, termasuk tekun dalam belajar. Ini dibuktikan dengan materi bimbingan yang dia terima. Pelajaran matematika tingkat kelas IX saja mampu diselesaikannya, bahkan benar semua, puji sang guru.

Untuk meraih prestasinya itu sang anak mendapatkan bimbingan yang nggak dapat dihitung dengan sepuluh jari. Materinya meliputi pemberian materi, soal matematika,  soal olimpiade, dan permainan.

Beliau juga punya harapan pada adik-adik kelasnya khususnya di Yapena. Raihlah segala prestasi selagi Tuhan masih memberi kita jalan, banggakan orang tuamu dengan segudang prestasi yang mampu mengubah hidup kita sampai ke tingkat internasional. Apa yang menjadi harapan gadis manis yang tinggal di jalan H. Agussalim Gg. Damai, Gampong Blang, Kota Langsa, bisa terwujud hendaknya, menjadi seorang dosen khususnya atematika. (Ridha Nori)

 

Hamdan petugas parkir di Lhokseumawe sedang melaksanakan tugasnya di jalan Gudang Lhokseumawe

Hamdan petugas parkir di Lhokseumawe sedang melaksanakan tugasnya di jalan Gudang Lhokseumawe

Mencari pekerjaan di zaman canggih sekarang ini, terlebih lagi bagi orang yang tidak punya pekerjaan tetap, sungguh sangat sulit. Zaman sekarang apapun pekerjaan yang kita lakukan dituntut pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab yang tinggi. Sejelek apa pun pekerjaan yang dilakukan, sepanjang semua itu halal untuk anak maupun istri, tetaplah dikatakan baik. Hal itulah yang dilakukan petugas parkir jalan Gudang Kota Lhokseumawe, Hamdan ketika berbincang dengan haba Rakyat, Kamis (9/5)

               Demi menghidupi enam anak dan istrinya, Hamdan, lelaki   kelahiran 1950 lalu, terpaksa ia bekerja sebagai petugas parkir. Dulunya, sebagai pekerja bangunan, menarik becak orang, bahkan kerja kasar lainnya tetap ditekuninya. Kalau dulu masih usia muda, sekarang ho…. Sudah tua, badan sering sakit-sakitan, pokoknya banyaklah Bang. Belum lagi anak butuh makan dan pakaian, sekolah, dan lain sebagainya.

               Selama sehari penuh, dari pukul 08.00 – 18.00 WIB, lelaki itu telah bekerja sebagai tukang parkir di kota Lhokseumawe, meninggalkan anak dan istrinya di Simpang Ardat.  Dalam bekerja, ia melengkapi dirinya dengan sebuah pluit digunakan sebagai penyemprit di kala orang hendak parkirkan kendaraan, dan karton bekas untuk menutup kendaraan dari panas matahari saat siang tiba.

                 Dengan sigap dan cekatannya, lelaki yang telah bekerja sebagai tukang parkir selama 20 tahun ini, mengatur lalu lintas, kendaraan roda dua dan empat yang hendak parkir di jalan Gudang Lhokseumawe. Suami dari Aisyah 45 tahun dengan 6  orang anak di antaranya Mulyana, Mahmulidar, Armia, dan si kecil Mahmudiah, sedangkan dua anaknya lagi telah dipanggil yang Maha Kuasa, kini menggantungkan hidupnya dari tukang parkir.

               Saya ini, Bang pendapatan nggak seberapa, tapi setorannya itu yang menurut dia kebanyakan. Tapi dari pada nggak ada kerja, ya Alhamdulillah lah, Bang. Orang nyari kerja itu sudah susah sekali, Bang,  apa lagi saya nggak sekolah, SD saja nggak tamat,Bang, katanya memelas.

               Bekerja diterik matahari, baginya sudah biasa, sudah menjadi darah  daging. Meskipun seharian, toh dia bisa istirahat kalau nggak ada kendaraan yang parkir atau orang lain yang tidak ada mengambil kendaraannya, kata Hamdan yang bekerja di bawah Dinas Perhubungan kota Lhokseumawe mengakhiri pertemuannya (hR081)

 

Meraih prestasi bukan asing bagi teman kita ini. Baginya, acapkali orang mengatakan sungguh dia termasuk murid Dayah Modern Arun Yapena  Lhokseumawe yang paling beruntung. Nama gadis kita ini Khairun Nisak. Gadis asli turunan Aceh. Meskipun juara umum berkali-kali, dia tatap ramah dan senyum kepada siapapun. Juara umum diraihnya sampai sekarang ini, sudah empat kali.

Gadis manis yang menyukai kerudung putih ini adalah anak tertua dari 5 bersaudara. Sebagai anak tertua, Nisa begitu orangorang memanggilnya, pantas menjadi teladan, pantas juara umum, di Dayah Modern Arun. Tak hanya itu, dia juga terkenal dengan banyak membaca. Karena membaca bagi gadis kelahiran Kr. Geukueh, 20 April 1998 membuka wawasan cara pandang dan piker jika orang tersebut ingin meraih keberhasilan

Putri pasangan ayah Muhammad Fadli dan ibu Rosmawar tatap menggunakan waktu kosongnya untuk membaca dan menghafal Al Quran. Kapan pun dan di mana pun kegiatan tersebut tetap dilakukannya. Selain hobi, juga menunjang cita-citanya sejak kecil. Ia ingin menjadi guru agama. Kalau kita nggak banyak membaca, nanti ditanya anak-anak, kita nggak bisa jawab, katanya mantab.

Saat berbincang-bincang dengan haba Rakyat ketika ditanya seputar cita-citanya, usaha yang dilakukannya pastinya belajar dengan sungguh-sungguh dan tentunya tidak melupakan berdoa kepada Allah semoga usahanya tercapai. Terlebih di dayah ini, banyak hafalan ayat Quran dan haist. Semua itu pertama kali dilakukannya insyaallah untuk membahagiakan orang tua.

Selain itu, ada juga yang menonjol dari teman kita ini yaitu matematika. Pantas saja nilainya bagus-bagus. Nah, waktu itu Nisa sering belajar matematika dengan OM Razali. Dia memberikan cara termudah belajar matematika. Rasa-rasanya tidak sulit kok, yang penting kita harus benar-benar perhatikan saat guru menerangkan.

Satu harapan yang masih di benaknya, dia ingin membawa orang tuanya menunaikan ibadah haji ke tanah suci dan menolong keluarga yang lain yang masih membutuhkan pertolongannya. Sebab mereka yang telah melahirkan kita ke dunia ini, kata gadis itu yang tinggal di jalan Imam 17 Tambon Tunong Dewantara Aceh Utara, seraya berpesan hormatilah orang tuamu niscaya selamat hidupmu.

 

Sudah menjadi suratan jika hidup harus jadi pedagang, meskipun sejak dulu menjadi pedagang es krim bukan menjadi cita-citanya. Namun, demi kehidupan keluarganya, apalagi ia menjadi kepala keluarga, lelaki ini tetap menjadi penjual es krim Idola di kawasan Batuphat.

Bagi Basyaruddin tidak ada lagi pekerjaan sekarang, tentunya amat merepotkan. Jadi penjual es krim sejak 8-12-2003 menjadikan pilihannya setelah lepas dari Tamansiswa dan Yapena beberapa tahun lalu. Demi kelangsungan hidup dan pendidikan dua orang buah hatinya yang tengah menimba ilmu di USU, Iqbal sekarang duduk di bangku kuliah semester VIII jurusan Fisika Instrument dan si adik Rizki semester 5 jurusan Akutansi, membuat lelaki berusia 46 tahun ini banting stir. Setelah berkenalan dengan Bang Jiman, Basyar yakin dengan tambatan hatinya Penjual Es Krim Idola sebagai mata pencaharian hidupnya hingga sekarang ini.

Pagi-pagi sekali, lelaki ini sudah bangun. Selesai shalat subuh, ia bergegas untuk membuat es krim dibantu istrinya Marwiyah 44 tahun mengukur kelapa. Sementara itu, dia sendiri yang mengolah bahan-bahan yang telah dibelinya dan disiapkan dari kedai  Bang Chairul sejak malam hari. Cepat sekali, bersih kerjanya, dan yang terpenting rasanya tidak mengecewakan pelanggan. Bekerjanya pun tidak pakai mesin, masih manual, pakai tangan, dan berlangsung sampai tahun 2008 lalu. Lebih lagi rasanya gak boleh beda, harus tetap sama. Coba bapak lihat, semua dari gula asli, katanya.

Bagi lelaki berusia 46 tahun ini, kepuasan pelanggan itu yang menjadi nomor satu. Ia berdagang siang  hari dari pukul 11.00 – 13.30 dan sore 17.00 – bada magrib. Dulunya  melewati jalan Medan –  Banda  Aceh  dari Blang Pulo sampai ke Blang Naleung Mameh. Itu sih pelanggannya ya bisa dihitung dengan jari. Namun sekarang ini pelanggannya telah banyak, mulai dari SPBU Batuphat –simpang IV Arun. Dalam menjajakan dagangannya, Basyaruddin tetap berjalan kaki, hitung-hitung olah raga.

Suka dukanya menjadi penjual es krim, bagi bapak dua anak ini, “Wah cukup banyak, Pak ! “ katanya pada haba Rakyat di kediamannya jalan Medan – B. Aceh belakang Singgalang 2 pagi itu (24/7).  Mula jualan es krim, banyak yang mencibir dirinya, sempat diceramahi, bahkan memarahinya. Lakunya, nggak seberapa. Terkadang habis, terkadang tidak. Mukanya merah menahan panas, letih juga. Biasalah, kalau mau berubah nasib, kita harus mau berusaha. Sekarang, hasilnya ya lumayan, bisa menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi, ujarnya.

Dalam menjalankan usahanya, Bas pernah mendapatkan bantuan dari pihak Unimal sebesar 3 juta rupaih. Sumbangan itu ia gunakan untuk membeli mesin sederhana dan hingga kini ia tidak perlu repot-repot,  udah ada mesin. Satu harapan lagi katanya, Basyaruddin ingin membuka lapangan kerja baru, menampung anak muda di desanya. Tapi, terbentur dana untuk membeli mesin pembuat es krim. Dananya sebesar 50 juta.

Sungguh suatu harapan ke depan yang perlu mendapat perhatian kita semua.  Harapan yang suci bagi anak desa Batuphat Timur, seandainya ada yang ingin meringankan beban hidupnya.